Mau Makan Buah Simalakama?

Kamu tahu, hal paling menyulitkan dalam hidup adalah memilih dua pilihan yang sama-sama berat?
Pilihan yang harus kamu pilih saat itu juga. Mungkin itu menjadikan kepala kita sendiri sudah pusing tujuh keliling. Dan sekarang saya tengah mengalami hal tersebut juga.

Pada Bulan Desember ini, saya tengah sibuk-sibuknya mengisi e-raport, yang harus di sampaikan kepada bapak ibu wali murid besok hari Jumat, 14 Desember 2018. Dan itu benar-benar menguras tenaga, kalau seandainya saya tidak bisa membagi waktu saya. Sedangkan saya tengah hamil 6 bulan. Proses menyusun e-raport tidak mudah. Kita harus mengisi nilai secara online, ditambah lagi kalau ada tugas menjadi wali kelas. Setelah itu, lanjut proses menunggu nilai-nilai dari guru lain sampai masuk beranda wali kelas. Kalau sudah semua, baru kemudian sudah bisa print nilai satu persatu. Tentunya butuh waktu yang agak lama agar semuanya selesai. Apalagi belum bertemu kepala sekolah untuk meminta tanda tangan beliau.

Pada saat kondisi sibuk seperti itu, ada keluarga saya yang menuntut saya harus mitoni bulan ini juga atau dalam bahasa Indonesianya adalah 7 bulanan. Saya sebenarnya tidak terlalu mengharapkan saya harus di mitoni. Tapi, mertua saya menuntut saya harus mitoni. Dan ditambah lagi, mertua saya masih menggunakan perhitungan jawa. Alhasil, dari sudut pandang bapak mertua, saya harus di mitoni pada hari kamis, tepat satu hari sebelum saya bertugas membagikan rapot. GUBRAK! 

Sumber Gambar

Pie Jal kawan-kawan !!!!
Dalam situasi saya tengah sibuk, saya harus menuruti keinginan mertua saya. Apalagi suami saya menurut saja titah bapak mertua. Sempat saya berontak, tapi tidak ada hasil sama sekali. Mau tidak mau, suka atau tidak, saya harus tetap melaksanakan titah tersebut. Sedih memang.

Kenapa kok nujuh bulannya tidak besok saja sehabis rapotan, kan libur? pikir saya pada waktu itu.
Padahal dulu sebelum memutuskan hari kamis besok, bapak sempat nyeletuk mau nujuh bulanan tanggal 19 Desember, saya sudah senang pada waktu itu. Namun sekarang, berubah lagi menjadi tanggal 13 Desember. Ya Allah... hanya padaMu aku berkeluh kesah. 
Nyesek....

Tapi ya bagaimana lagi, seperti makan buah simalakama.


Bagaimana saya menyikapi situasi ini?

Saya mencoba untuk mengembalikan semuanya kepada Allah swt. Saya berusaha bersikap ikhlas, sabar dan tawakal. Kalau seandainya saya tetap egois, dan mempertahankan argumen saya, bisa jadi akan ada bentrokan antara saya dan keluarga suami saya. Padahal saya sudah berkomitmen dari awal menikah, bahwa menikah itu adalah menyatukan dua keluarga. Dan juga saya berkomitmen untuk menerima pasangan saya apa adanya.
Walaupun saya kurang setuju akan pandangan tentang hal-hal yang berbau kejawen. Tapi, kalau dari ilmu agama yang saya dapatkan, lebih baik mengalah dari pada timbul masalah. Bener gak? Dan Saya tetap yakin, bahwa apapun yang Allah berikan kepada saya, baik itu ujian ataupun kebahagiaan itulah yang terbaik dan harus saya hadapi sesuai dengan apa yang sudah diatur dalam syari'at Islam. Terutama ketika berhadapan dengan suami dan orang tua. Karena sekarang ridho Allah tergantung pada ridho Suami. Yang terpenting, apapun titah suami saya itu tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Bismillah...

Post a Comment

3 Comments

  1. Ayo smngat, nikmatilah proses yg ada, krn dsitulah seorang wanita ditempa menjadi seorang ibu. Surga ditelapak kakimu sdg diciptakan #keepspirit, nikmati semuanya dengan senyum, dan berdoa, pasrahin smw sama Yang Maha Tahu

    ReplyDelete
  2. Mantap gan, thanks foe sharing,.
    Kunjungi juga http://bit.ly/2VUdTWr

    ReplyDelete

Gak usah ragu-ragu buat ninggalin jejak disini, karena gw rasa kita sama-sama satu nasib satu sepenanggungan sebagai manusia paling galau di dunia.. huehuee