Waktuku untuk Adaptasi

Entah aku harus mulai darimana tentang perasaanku menikah selama setengah tahun. Terhitung dari bulan desember sampai sekarang, akhir juni, sudah sekitar 6 bulanan aku hidup bersama orang baru yaitu suamiku. Banyak hal yang kami lewati. Suka, duka, bahagia, gregetan dan sebagainya aku rasakan melebihi saat aku hidup sendiri tidak ada pasangan.

Ternyata menikah itu mudah, yang masih sulit untuk aku lakukan adalah penyesuaian dengan beberapa karakter yang baru, dan tentunya dengan keterbatasan yang baru. Dahulu, saat masih sendiri, mau kemana-mana mudah. Tinggal menyalakan motor, ijin ibu langsung pergi ke tempat tujuan. Bebas melakukan apapun. Bebas bergaul dengan siapapun. Namun, sekarang semuanya berbeda. Kadang mau pergi harus ijin dulu, dan setiap ijin terkadang tidak diijinkan. Itulah dilema terdalamku saat ini.

Aku tentunya harus sadar, bahwa sekarang sudah ada yang harus menjagaku baik itu lahir maupun batin. Jiwa dan raga. Maka dari itu, aku harus siap menjalani beberapa penolakan yang belum pernah aku alami sebelumnya.

Kehidupan terbatas, teman terbatas, acara terbatas, sebenarnya diriku juga butuh dengan kebiasaanku dahulu. Tapi, aku sekarang sudah berkeluarga, sudah hidup berdua, bahkan berlima dengan mertua. Akupun harus memahami perasaan mereka. Akupun harus memperbaharui perasaanku agar aku tidak merasa terkekang ataupun apa.

Namun, selama ini yang aku rasakan adalah kebahagiaan karena ada orang yang sangat peduli terhadap diriku.

Bersabarlah wahai diriku.  .

Post a Comment

0 Comments