Ini tulisan gw saat SMS #Kalo gak salah. Ketika gw buka-buka tulisan jadoel, ni gw temuin di sela-sela meja dan kursi. Agak berdebu sih, tapi setelah dibuka dan dibaca, kaget GW! Bener gak si gw nulis ini. #PingsanSebentar. Dan gw ngeyakinin diri Gw kalo Gw gak salah banget. Yea,, ini tulisan Gw....
Skenario....
Tokoh :
1.
Gatot Kaca
2.
Semar, Gareng, Petruk, Bagong (4 sekawan)
3.
Tinkerball
4.
Kera Sakti
5.
Pandawa
6.
Dll <tak bisa disebutkan karena saking
banyaknya...>
“Sial! Sayapku dicuri!” seru Tinkerball habis bangun pagi.
“Gimana nih.. aku g’ bisa sekolah.” Tinkerball begitu marah
dan dia mengobrak-abrik seluruh kamarnya dan berusaha mencari bukti siapa yang
mencuri sayapnya.
“Dapat!” teriak Tinkerball. Ternyata dia menemukan selembar
kumis panjang menempel di jendela kamarnya. Dia amati dan dia endus-endus..
“Kurang ajar, bau apa nih. Kayaknya orang yang punya ini
kumis g’ pernah mandi setahun kali ya, dan setelah dilihat-lihat ini kumis
tebel banget kayak rambut ekor kuda. Siapa yang punya ya?” kata Tinkerball.
Karena waktu sudah menunjukkan jam 07.30 WIB, Tinkerball buru-buru memakai
pakaiannya untuk sekolah, dan terpaksa jalan kaki sampai sekolah.
1 jam kemudian.
Saat itu senin dan Tinkerball terlambat. Gatot Kaca yang jadi
guru terbangnya tahu dan menghukum Tinkerball agar lari Jengklek keliling
dunia(bayangan gimana jauhnya???!!). Gatot Kaca terkenal galak dan berkumis
tebal. Namun, saat Tinkerball melihat ternyata kumisnya hilang. Wah Tinkerball
langsung curiga jangan-jangan yang mencurinya itu gurunya, Gatot Kaca.
Setelah beberapa hari kemudian.
Hukuman dari gurunya itu selesai sudah. Setelah ambil nafas
selama 2 hari 1 malam, Tinkerball memutuskan untuk menyelidiki kasusnya
tersebut. Sebelum memulainya, Tinkerball pergi ke Toys Store untuk membeli
peralatan detektif.
Di Toy Story...
Tinkerball mencari-mencari peralatan detektifnya.
“Mana nih peralatannya, mana isinya fotonya 4 sekawan semua
lagi. Narsis!” Lirih Tinkerball.
“Ada yang bisa kami bantu?” Serempak 4 sekawan.
“Oh, saya mencari peralatan detektif om ee pak.” Senyum
Tinkerball.
“Itu.” Kata Semar.
“Disana.” Kata Gareng.
“Disebelah.” Kata Petruk.
“Kanan Kamu.” Kata Bagong.
“Uups.. Oh ya disini hehe. Maaf pak saya agak bingung soalnya
ini toko isinya foto anda semua.” Kata Tinkerball sambil garuk-garuk kepala.
Setelah membayar semuanya, yang harganya 100 potong kain
(ditoko 4 sekawan harus membayar dengan kain, karena mereka hanya butuh kain
untuk menutupi badan mereka.). Tinkerball bertemu dengan si Kera Sakti. Menurut
keturunannya, Kera Sakti mempunyai banyak bulu diseluruh badannya. Namun saat
Tinkerball bertemu dengan Kera Sakti ternyata bulu dimukanya turut hilang.
Tinkerball bertanya,” Hei.. rambut kamu kemana?”
“Oh, eh , ih,,,” Kera Sakti bicara dengan gagap. Dan … swiinggg.. !! Kera Sakti lompat dengan
tongkatnya dan melarikan diri. Wussshh
,,,, !! Tinkerball terlontar jauh dan jatuh disemak-semak. Buugg!! Terdengar keras dan kelihatannya
menyakitkan.
“Kurang ajar tuh kera, pergi g’ bilang-bilang dulu. Bilang
kek mau pergi, jadinya kan aku bias siap-siap dulu pegangan pohon apa benda
yang bisa dipegang. Kan sakit jatuh. (YA IYA LAH..),” Keluh Tinkerball. Karena
kejadian itu, Tinkerball curiga jangan-jangan kera sakti yang mencuri sayapnya.
Sehingga, Tinkerball memasukkan nama Kera Sakti kedalam catatannya bersama
gurunya yaitu Gatot Kaca yang turut jadi korbannya. Tinkerball senyum sinis
karena sebentar lagi ia akan menemukan sayapnya yang hilang.
Sesampainya di rumah..
“Cekitt…” bunyi pintu terbuka dan “Jederr..” bunyi tas
Tinkerball yang dibanting ke kasur. (Perasaan, Tinkerball kecil. Mungkin bunyi
jatuhnya tas Tinkerball g’ sekeras itu, LEBAY!!)
Di kaca lemarinya, Tingkerball menemukan secarik kertas yang
mirip tulisan cekeran ayam, saking tulisannya miring-miring.
Isinya :
“ Bell, ini ibu Bell. Kamar kamu kok berantakan Bell. G’
seperti biasanya Bell. Tolong diberesin ya Bell. Ibu mau pergi ke pasar ikan
dulu Bell. Jangan lupa dibersiin Bell! Kalau g’ Bell, ibu akan bertindak Bell.
Hukumannya Bell, lari jengklek keliling dunia Bell. Sekian Bell, dari Ibumu.”
“jederr!!” gledek sliwar-sliwir didepan Tinkerball.
Dag..dig..dug.. ter!! Bunyi kucing Tinkerball pup. Pupnya di kamar Tinkerball lagi. Nambah deh urusannya.
“Gawat..gawat…gawat !! Aku harus bersiin nih kamar. Kalau g’
aku bakal dibunuh ibu nih. Waaahhh!!” Tangis Tinkerball. Segera Tinkerball
merapikan kamarnya dan tak lupa PUP kucingnya pun ia rela-rela buang karena
teringat betapa mengerikannya hukuman yang akan diberikan ibunya bila ia tidak
patuh.
Selama 1 hari, Tinkerball merapikannya dan ibunya pun pulang
kerumah setelah nggosip dulu dengan teman-teman arisannya.
“Cling!” kamar Tinkerball terlihat rapi.
“Bagus Bell. Ibu senang. Ternyata kamu ngelaksanain perintah
ibu, Bell. Ibu jadi tidak usah hokum kamu.” Senyum ibu.
“Nih.. ikan dari pasar. Ibu bagiin ke kamu satu.” Kata ibu
Bell.
“Hah! ” bingung Bell.
“Bacin, Bau, Benci!!”Teriak Bell.
“Tepluk!” Tinkerbell pun pingsan.
“Bell..Bell.. kamu tuh dikasih rezeki malah pingsan Bell.
Apalagi ibu beri kamu ikan Paus Bell. Besok-besok ibu beliin kamu ikan yang
lebih kecil aja deh Bell, Caoo…” kata ibu Bell.
Esok harinya.
“Penyelidikan dimulai!” Semangat Tinkerbell. Setelah
menyimpan peralatannya di tas, Tinkerbell berangkat sekolah. Ditengah
perjalanan, Tinkerbell bertemu dengan Kurawa.
“Gawat! Aku bakal kalah nih ma Kurawa, dia kan gede, kuat dan
tahan cewek. Aku jadi g’ bisa godain dia. Gimana kalau aku pergi menjauh aja.”
Pikir Tinkerbell. “Kabur!” teriak Tinkerbell.
“Tunggu!! Kurang ajar Tinkerbell dah pergi, padahal aku mau
beri dia kue buatanku dan minta pendapatnya, eh dia malah kabur. Aku tanya Kera
Sakti aja deh. Emang cewek susah dimengerti.” Keluh Kurawa sambil menenteng
bungkusan kue buatannya.
“Hah..hah..hah!! busyet ketemu Kurawa di jalan adalah hal
paling menakutkan dalam hidupku. Walaupun aku belum kenal, tapi kata
temen-temen kalau ketemu Kurawa harus kabur, agar g’ dipeluk ma Kurawa yang
segede Gajah. Eh.. malah lebih gede lagi kayaknya deh,” kata Tinkerbell sambil
ngos-ngosan.
Tiba di kelas..
Tingkerbell menyusun semua bukti yang ia dapat dan menulis
semua daftar tersangka yang ia curigai di selembar kertas manila (gede amat!).
Isinya :
Tanggal : tidak diketahui (lupa).
Lamp : 1 hal
Daftar penyelidikan :
Bukti :
1.
Kumis : ditemukan di kaca jendela kamarku.
2.
Kamar berantakan dan sidik jari yang banyak.
3.
Terjadi di hari libur.
Tersangka :
1.
Gurunya : Gatot Kaca (kumisnya hilang).
2.
Kera Sakti (seluruh bulu kepala turut hilang. Alas an
nihil).
3.
Kurawa (patut dicurigai, soalnya… apa yaa… ehehhhmm menakutkan deh, tapi harus
dimasukkan).
Selesai
Daftar sudah ada, tinggal memulainya. Pertama, Tinkerbell pergi
mencari gurunya, Gatot Kaca. Untuk dimintai pertanggungjawaban (emang ngapain
coba..).
Muter-muter keliling-liling sampe ke WC cowok ia selidiki
sambil cuci mata pikirnya. Setelah beberapa bulan ia cari sampe 3X puasa 3X
lebaran (emangnya Bang Toyyib?), akhirnya Tinkerbell bertemu dengan gurunya.
“ Dari mana ya Pak? Kok lama g’ ketemu?” tanya Tinkerbell.
“ Oh.. kemarin bapak ikut pertukaran guru, ka nada pertukaran
pelajar, lha ini pertukaran guru. Tempatnya di Afrika,” kata Pak Guru.
“ Jauh amat, apa g’ da yang deket Pak?” tanya Tinkerbell.
“ Ada sebenarnya, kayaknya di desa BANJARNEGARA deh. Tapi itu
deket banget, jadinya bapak milih ke Afrika aja,” kata Pak Guru.
“ Naik apa ya Pak?” tanya Tinkerbell.
“ Ya naik sayap bapak lah. Masa mau pake sayap kamu?” kata Pak
Guru.
“ Ups,, pak Guru ngomongin sayapku nih. Wah, aku harus selidiki
nih,” batin Tinkerbell.
“ Pak sayapnya bagus deh. Boleh saya lihat pak? Saya tertarik
dengan motifnya pak. Bunga-bunga,” kata Tinkerbell dengan mata memelas.
“ Boleh, tapi jangan dirusak ya?” kata Pak guru sambil melepas
sayapnya.
“ Cih, ni bukan sayapku. Ini sih sayap jelek. Bagusan punya
ku,” batin Tinkerbell.
“ Oh ya pak, bapak pernah nemu atau lihat sayapku g’ pak?”
tanya Tinkerbell.
“ Perasaan g’ pernah
tuh. Emang kenapa?” kata pak guru.
“ Enggak kok pak, oh ya kok kumis bapak g’ da cih?” tanya
Tinkerbell.
“ Oh, ni kumis bapak ada ketombenya, jadi bapak cukur deh.
Emang bapak jadi jelek ya? Hiks..hikss.. bapak jadi sedih,” tangis Pak Guru.
“ Eng..enggak pak. Bukan itu. Maaf pak, tapi bapak tambah
ganteng kok, suerrr tak kewer-kewer. Ya udah ya pak, saya mau da jam pelajaran
masuk. Pamit dulu ya pak, dagghhh!!” teriak Tinkerbell.
“ Croott!!” bunyi bolpoin Tinkerbell yang mencoret daftar salah
satu tersangkanya.
“ Wah kayaknya bukan Pak Guru pelakunya. Soalnya alibinya kuat
banget, eh tapi tunggu, perasaan dia bilang kumisnya banyak ketombenya dan
kumis yang aku temuin waktu itu bauk, jijik. Jangan-jangan …?” pikir
Tinkerbell.
Akhirnya Tinkerbell g’ jadi nyoret pak guru sebagai
tersangkanya.
Lanjuttt….
Sekarang giliran Kera Sakti.
“ Pat Kai, Kera Sakti dimana
ya? Kok g’ nongol batang ekornya? (maksudnya batang hidungnya kali..),” tanya
Tinkerbell.
“ Hem.. hoahhh… (Pat Kai baru
bangun tidur). Ohh Kera Sakti maksudnya Sun Bo Kong, dia ada di kebun. Katanya
dia sakit perut. Aku saranin supaya di PUP di kebun ajah.” Jawab Pat Kai.
“ Makasih!” jawab Tinkerbell.
Setelah keliling begitu lama
di kebunnya pak Raden, akhirnya tinkerbell bertemu dengan Kera Sakti yang
sedang memperbaiki celananya keatas.
“ Kera Sakti sini!” teriak
Tinkerbell.
“ Ya, bentar.” Teriak Sun Bo
Kong.
Sambil membenarkan posisi
celananya, Sun Bo Kong lari-lari menghampiri Tinkerbell.
“ Ada apa ya Teb?” tanya Sun
Bo Kong.
“ Aku mau tanya kamu, dimana
kami lagi apa kamu saat jam 08.00 am 3 hari yang lalu?” tanya TeBe (panggilan
Tingkerbell oleh Sun Bo Kong).
“ Ehm.. saat itu… aku lagi…
ehm…. Maen pokeran ma Pat Kai, terus selesai maen aku langsung pergi mandi.
Eh.. malah aku ganti kulit. Semua buluku pada rontok. Nih liyat buluku tumbuh
lagi. Semoga aja warnanya jadi ijo. Cz aku bosen warnanya coklat terus.” Jawab
Sun Go Kong.
“ Oh ya, kamu kan pernah
bilang 3 tahun yang lalu, kalo sayapku tuh bagusss banget.. sampe kamu ingin beli
sayap sepertiku (Lebayyy). Kemaren tepatnya 3 hari yang lalu, sayapku ilang.
Aku lagi menyelidiki, kira-kira kamu tahu g’ sayapku dimana?” tanya TeBe.
Sambil mengingat-ingat Sun Go
Kong tiba-tiba ditelpon maminya, yang bernama Sun.
“ Kring..kring..” bunyi
telepon.
Mendengar itu Sun Bo Kong
lalu mengangkat teleponnya dengan jari tengah.
“ Halo, mami.. aku kangen ma
mami dah 5 jam aku g’ pernah ketemu mami (Alay Banget!), gimana kabar mam?
Apa!! Papi kecelakaan?! Apa! Di WeCe?! Lagi PUP?! Wah…. Hebatnya! Oh ya mam aku
segera kesana. Dah…!”
“Tiiiit….” Hapenya dimatiin.
“ Oh ya TeBe aku pulang
dulunya, ada sedikit insiden, daghh…!” kata Sun Bo Kong.
“ Dagh juga..!” kata TeBe.
Dengan raut muka sedih, TeBe
pun pulang ke rumah. Dia merasa hidupnya akan berakhir. Tiba-tiba..
“ Cekitt.. Jederr..” pintu
kamar TeBe dibuka. “ Gedebug!” suara benda jatuh dan ternyata….!!!
Sayap TeBe!
Ternyata selama ini bunya
yang ngambil sayap dia.
“ Ma, kok sayap TeBe di
mama?” tanya TeBe.
“ Oh ini, mama pinjem bentar.
Soalnya ada kondangan ke tempat temennya mami.” Jawab Mami.
“ Lha terus, TeBe nemuin
kumis di jendela itu punya siapa?” Tanya TeBe.
“ Oh, itu kumisnya papi.
Soalnya papi lagi ngintip keluar, ehh malah kumisnya kesangkut. Ya udah buat
kamu aja ya..?” Kata Mama.
Cih! Ternyata mama yang
ngambil dan g’ ngomong-ngomong lagi. Capek ngurusin detektif ini. Tamat deh
semuanya.
“ Oh ya, sebelum pergi TeBe
ingin ngingetin kalau temen-temen jangan suka ber-Suudzon temen-temen harus ber-Husnuzhon,
biar temen-temen g’ kehilang temen / orang yang temen-temen contain (g’
nyambung ya? hehe)…
OK Cao..!!
Sekian…
Sampai
berjumpa tahun depan… ( KELAMAAN!!!! )
Peace....
#CatatanOrangGilaBentar
#CatatanOrangGilaBentar
1 Comments
ini keren bgt, tari eh mon hehe
ReplyDeleteGak usah ragu-ragu buat ninggalin jejak disini, karena gw rasa kita sama-sama satu nasib satu sepenanggungan sebagai manusia paling galau di dunia.. huehuee