Agan dan Necan, menulis itu adalah suatu hal yang luar biasa jika kita menekuninya. Tak ayal, banyak orang terkenal gara-gara tulisannya. Kita juga bisa membagi ilmu yang kita miliki dengan menulis. Maka, agar tulisannya bermanfaat maka tulis-lah hal-hal yang bermanfaat juga. Agar nantinya ini bisa menjadi ladang amal bagi kite semue.... -quotes For today and tomorrow-
#Mon pengin jadi orang bener... heheheh
Nah Agan dan Necan, kemarin dah baca cerita Mon yang judulnya Gajebo itu kan..? Ini, ada cerita lagi nih. Mon dulu banget #JamanUyahDurungAsin sering ikutan lomba menulis (Tapi gak ada yang menang eee >< ). Ini Mon pengin membaginya ke dunia Maya biar Maya tahu kalau Mon nulis.. heheheh
Selamat menyaksikan.....
Gita, seorang anak kelas 3 SMA yang rajin beribadah ke gereja dekat
rumahnya. Gita, seorang anak yang cantik, pintar namun pendiam yang juga seorang
miskin yang tidak punya apa-apa. Gita mempunyai keinginan untuk membelikan sepeda
motor kepada kedua orang tuanya, untuk mempermudah pekerjaan ayahnya seorang tukang
becak diusia yang saat ini baru menginjak umur 17 tahun. Orang tuanya yang
sudah tua renta, tak lelah bekerja keras banting tulang hanya untuk membiayai
Gita, anak tunggalnya untuk sekolah. Tentunya, kedua orang tuanya sangat
menginginkan Gita bisa menyelesaikan sekolahnya dan bisa bekerja secara layak
tidak seperti kedua orang tuanya saat ini.
Tidak seorang pun tahu
dibalik kelakuannya yang pendiam, Gita mempunyai rencana untuk mencari uang
demi membahagiakan orang tuanya. Selain dia mendoakan mereka setiap dia pergi
ke gereja, dia juga berusaha untuk menabung dan bertekad merealisasikan
keinginan kuatnya. Tanpa sepengetahuan mereka, Gita bekerja sebagai penyanyi di
klub malam. Pekerjaan tersebut diperantarakan oleh teman dekatnya. Uang yang dia
kumpulkan dia tabung dan kemudian dia berikan kepada kedua orang tuanya. Karena
pekerjaannya itu, Gita sering pulang malam.
Orang tuanya pun bertanya kepada Gita,”Git,
kenapa sering pulang malam? Anak perempuan tidak baik kalau sering pulang
malam.”
Gita menjawab,”Tiap malam tuh Gita belajar
kelompok Bapak, Ibu, dirumah temen Gita di kota.”
“Oh, baiklah. Tapi jangan terlalu sering, Bapak tidak
suka. Ibu juga pasti akan khawatir.” Kata Bapak Gita
tanpa ada rasa curiga.
“Iya Bapak…”Jawab
Gita.
Beberapa bulan kemudian….
“Bapak, ini ada hadiah buat Bapak. Tolong
dibuka ya.” Kata Gita disuatu pagi.
Bapak Gita pun membukanya dan menarik sebuah
kunci keluar dari kotak pembungkus berwarna merah dan melihat sebuah motor
turun dari mobil pick up didepan rumahnya.
“Dapat dari mana uang untuk membeli itu?”
Tanya Bapak Gita masih sedikit kaget.
“Gita dapat dari sisa uang saku dan Gita
kerja di toko.” Jawab Gita.
Saking merasa senang, kedua orang tuanya
segera mengalihkan perhatian kepada sepeda motor didepan rumah tanpa menanyai
lebih lanjut masalah uang kepada Gita.
Beberapa hari kemudian….
Bapak dan Ibu Gita berencana untuk mencoba
sepeda motor itu ke jalan raya. Saat keluar rumah dan tersenyum kepada Gita,
perasaan Gita tidak enak. Namun, Gita hanya tersenyum saat motor keluar dari
halaman rumah Gita.
Masuk kerumah, Gita menuju ke kamar melaksanakan keinginannya untuk tidur siang. 2
jam Gita tidur, terdengar suara keras yang berasal dari pintu depan Gita. Gita
terbangun dan membuka pintu dengan raut
muka malas.
“Kenapa pak?” Tanya Gita saat membuka pintu
rumahnya.
“Git…. Bapak Ibumu…. mereka……
meninggal……” Kata Bapak itu sambil terengah-engah.
“Apaaa!!!!!! Kenapa???” Teriak Gita.
“Mereka meninggal dalam kecelakaan tadi siang
dijalan raya. Meraka tertabrak bus saat mengendarai sepeda motor.” Jawab Bapak itu.
Bagai tersambar petir, Gita kaget dan langsung terbaring lemas.
Setelah pemakaman…
Gita sekarang menjadi yatim piatu. Dia merasa
menyesal atas kematian kedua orang tuanya. Gita merasa bersalah, dia berpikir mungkin gara-gara motor yang dia beri
kepada kedua orang tuanya. Terlintas
dalam pikiran Gita untuk mengakhiri hidupnya saat itu juga.
“Arrrgggghhh!!!! Bapak Ibu maafkan
Gita…” Teriak Gita memecah keheningan.
Gita saat itu langsung menjadi gila dan pergi
lari keluar rumah menuju jalan raya. Gita ingin segera bunuh diri dengan cara melompat ke bus. Saat tiba di jalan raya dan ingin segera
berlari ketengah jalan, ternyata didepan ada bus yang menyerempet sepeda motor.
Peristiwa itu berlangsung dengan tragis.
Bus itu melarikan diri meninggalkan motor yang
ditumpangi seorang Bapak dan anak berusia kurang lebih 12 tahun.
Motor itu terpelanting jauh dari jalan raya. Gita merasa sedikit kecewa, dia tidak
berhasil bunuh diri karena adanya kecelakaan itu. Walaupun begitu, Gita berlari menuju tempat kejadian perkara dan
segera menolong korban.
“Bapak…bapak…. Tidak apa-apa???” Tanya Gita sambil menyingkirkan sepeda motor yang menindih kaki Bapak itu.
Anak yang diboncengi bapak tersebut berdiri
tegak tidak lecet sema sekali.
“Pak….pak… bangun….” Teriak anak itu.
Keadaan parah melanda bapak tersebut, kedua
kakinya patah dan kepala bersimbah darah.
“Ayo dek, kita langsung bawa Bapak kamu ke
rumah sakit.” Kata Gita.
Bergegaslah Gita mengantar bapak dan anak itu
kerumah sakit.
Selang beberapa waktu….
“Maaf, kedua kaki Bapak adek tidak bisa
berfungsi kembali.” Kata Dokter yang baru saja keluar dari ruang
operasi.
“Apaa!!!” Teriak anak tersebut.
Gita langsung menenangkan anak tersebut dan
menuntun dia ke lobi rumah sakit. Gita memberikan sedikit nasihat dan
menghiburnya agar tidak bersedih lagi. Setelah tenang, dia langsung menanyakan
perihal asal-usul anak itu,“Ngomong-ngomong siapa nama adek?”
“Ibnu.” Jawab anak itu dengan singkat.
“Ok Ibnu, ayo kita ke administrasi melunasi biaya pengobatan Bapak kamu.” Kata Gita sambil menggandeng anak itu.
Sesampainya di tempat….
“Mba, biaya semuanya Rp.
6.000.000,-.” Jawab petugas administrasi.
“Gleekk…” Gita menelan ludah, karena sekarang Gita
tidak punya uang lagi untuk membantu membayar biaya pengobatan. Uangnya telah
habis untuk membeli sepeda motor bagi almarhum orang tuanya yang
sekarang sudah menjadi puing-puing rongsokan tak berguna.
Gita menghampiri anak tersebut dan
membicarakan masalah biaya. Ternyata, Ibnu juga tidak memiliki uang sepeserpun.
“Sebenarnya kami punya tanah
yang luas kak, tetapi sudah diwakafkan beberapa bulan lalu untuk membangun
masjid di desa kami.” Cerita
anak itu.
Karena masalah tersebut, mereka berencana
pulang ketempat Ibnu tinggal, berharap akan ada bantuan untuk mereka. Didalam
hati, Gita sebenarnya punya perasaan takut terhadap orang Islam karena Gita
pikir orang Islam itu teroris. Namun, dia tidak tega melihat seseorang yang
sedang dilanda musibah seberat itu.
2 jam kemudian…..
Sesampainya dirumah Ibnu, Gita melihat
kondisi rumah yang tidak layak. Gita pun menangis tersedu-sedu.
“Kenapa kak? Kok malah nangis? Yang kena
musibah kan aku.” Kata Ibnu sambil menunjuk dirinya sendiri.
“Maaf dek... Kakak
teringat sesuatu.” Gita tiba-tiba teringat akan masalahnya yang sebenarnya
menyesal karena tidak jadi mengakhiri hidupnya.
“Oh gitu. Kakak ayo kita
nyari bantuan, adik gak punya uang sama sekali. Kita coba pinjem ke tetangga.”
Berkelilinglah mereka dari rumah ke rumah.
Panas terik matahari menyengat membakar kulit-kulit pucat mereka. Namun, mereka belum juga mendapatkan
hasil. Mereka pun istirahat melepas lelah di suatu masjid. Suara azan Dhuhur
berkumandang memasuki gendang telinga kedua insan manusia tersebut. Sang anak
beranjak dari tempatnya dan segera menuju ke tempat wudhu.
“Kak, sholat gak?” Tanya Ibnu.
“Maaf dek, kakak non muslim.” Jawab Gita.
“Oh ya kak, maaf. Adek sholat dulu ya.”
Ditengah-tengah sholat, Gita mengintip ke
dalam. Baru pertama kali Gita memasuki masjid. Perasaan Gita saat masuk merasa
aneh dan merasa sangat damai.
“Kenapa hati ini tenang ya?” Batin Gita.
Gita melihat kekhusyukan Ibnu dalam berdoa.
Anak tersebut tak henti-hentinya menyebut kata “ALLAH” dalam do’anya.
Perhatian Gita terpecah saat ada seorang
pemuda datang dan bertanya,“Mba, tempat mengambil air wudhu dimana ya?”
“Oh, disebelah kanan kalau tidak salah. Masuk
aja.” Jawab Gita.
“Terima kasih.” Jawab pemuda itu sambil
tersenyum.
Setelah pemuda itu berlalu, Ibnu datang menghampiri
Gita dan duduk dengan wajah masih terlihat sedikit sedih.
“Kak gimana ya? Kita nyari uang kemana?”
Tangis Ibnu.
“Aku juga bingung.” Jawab Gita menggaruk-garuk perut yang sebenarnya sedikit lapar.
“Haaa…….!!!” Tangis Ibnu makin kencang mengejutkan ayam yang tengah mencari makan ditempat itu sehingga berlari
kencang dan menabrak dinding masjid.
“Waduh…” Gita kaget dengan teriakan Ibnu.
6 menit kemudian….
Tangis Ibnu tidak kunjung henti, Gita mencoba
terus menghibur Ibnu. Pemuda yang baru selesai sholat, segera
keluar dan menghampiri mereka.
“Kenalkan nama saya Ridho, saya mendengar
tangisan anak ini… ada apa gerangan?” Tanya pemuda itu.
“Oh, dia tengah tertimpa musibah. Bapaknya
sedang dirawat dirumah sakit dan dioperasi. Sedangkan dia tidak punya biaya
untuk menebus pengobatan Bapaknya.” Jawab Gita dengan muka kesedihan.
Karena tidak tega, pemuda itu mengeluarkan
uang Rp. 6.500.000,- dari kantongnya. Dia menjelaskan bahwa uang tersebut dia
dapat dari penjualan motornya yang sebenarnya ingin dia gunakan untuk membayar
kontrakannya. Betapa bahagianya Gita dan Ibnu. Kaget sebenarnya, namun mereka
langsung menuju rumah sakit dan menebus biaya pengobatan bapak Ibnu.
Setelah menyelesaikan administrasi, pemuda
tersebut diajak pulang kerumah beserta Bapak Ibnu.
Bapak dan Ibnu merasa bahagia akan bantuan kedua insan manusia itu. Bapak Ibnu
menceritakan bahwa mereka sebenarnya ingin pergi menuju masjid yang mereka
bangun untuk melaksanakan sholat jum’at.
Gita mendengarkan secara seksama dan merasa
takjub karena mereka begitu semangat dan tabahnya dalam menghadapi cobaan yang
dia kira kalau orang Islam itu seperti
bayangannya yaitu sekelompok manusia yang memiliki sifat jahat dan licik.
Bapak itu kemudian berkata kepada Gita,”De,
Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan hambanya. Orang tua adek
tidak khawatir kan dengan adek?”
“Oh, tenang saja pak. Tidak akan. Ehmmm…
karena mereka mungkin sudah tenang di alam sana dan saya sangat menyesal karena
sudah berbuat salah kepada mereka.” Sedih Gita.
“Adek sekarang sendirian? Kenapa tidak
tinggal dengan kami?” Tanya bapak Ibnu.
“Benar bapak? terima kasih
banyak.” Tangis Gita semakin keras.
Gita sangat takjub dengan kehidupan Islam
mereka. Akhirnya, Gita meminta izin kepada keluarga itu untuk masuk islam
karena Gita merasa terpanggil hatinya untuk lebih mengenal ajaran Islam. Gita
pun mengumandangkan syahadat didepan para saksi dan resmi menjadi seorang
muslimah yang sesungguhnya.
Melihat kebahagiaan keluarga itu, pemuda yang
sejak tadi menyaksikan kejadian yang sebenarnya tidak ia mengerti tiba-tiba
mempunyai inisiatif untuk menanyakan sesuatu kepada Gita.
“Permisi, saya ingin nenanyakan sesuatu
kepada Gita.” Kata Ridho.
“Silakan katakan saja.” Kata Gita merespon.
“Setelah saya mengamati, sebenarnya saya
tertarik kepada Gita atas semua kejadian yang terjadi. Maukah Gita menjadi
istri selamanya bagiku, yang bisa menemaniku dalam sedih maupun senang?” Tanya
Ridho tanpa berpikir panjang atas jawaban Gita nantinya.
Gita tanpa sadar langsung menjawab,” Ya.”
1 minggu kemudian….
Ternyata setelah beberapa hari menikah, Gita
langsung diajak Ridho untuk pergi kerumah dia. Didepan rumah Ridho, mata Gita melotot dan tidak bisa berkedip karena ternyata rumah Ridho sangat megah. Ridho adalah anak dari pengusaha
kaya, dan dia mempunyai beberapa sekolah Islam asuhan. Subhanallah….
Senyum Gita tambah merekah dan dia sangat
bersyukur atas karunia yang telah Allah berikan.
“Di balik kesulitan pasti ada kemudahan, aku
sangat bersyukur telah menjadi muslimah dan aku berjanji akan terus mengabdi
kepada agamaku. Islam itu indah kurasa.” Bisik Gita sambil menengadah ke langit
dan kedua tangannya memegang Ridho (suaminya), Bapak Ibnu, dan Ibnu.
Tanpa sadar dan tanpa terdengar oleh Gita,
Ridho, Bapak dan Ibnu yang juga berada didekat Gita saling bertukar pandang dan
berbisik bersama-sama mengatakan,” Alhamdulillah ya…. J”
The End
Peace....
#CatatanOrangGilaBentar
#CatatanOrangGilaBentar
2 Comments
terlalu panjang tidak sampai habis bacanya..
ReplyDelete@Tahirk Ahmad : Mbosenin ya....???
ReplyDeleteGak usah ragu-ragu buat ninggalin jejak disini, karena gw rasa kita sama-sama satu nasib satu sepenanggungan sebagai manusia paling galau di dunia.. huehuee